Tugas : Makalah Ruang Lingkup IPA
Nama : Desra Farhani
NPM : 11516845
Kelas : 1PA15
Mata Kuliah : Matematika & IAD
Dosen : Nita Sri Handayani
Jurusan : Nita Sri Handayani
Universitas : Gunadarma Bekasi
A.
RUANG
LINGKUP IPA
1.
Alam
Semesta dan
Isinya (Makrokosmos dan
Mikrokosmos)
Alam
semesta terdiri dari semua materi termasuk tenaga dan radiasi serta segala hal
yang telah di ketahui dan baru dalam tahap percaya bahwa pasti ada di
antariksa. Bumi, bulan, planet-planet dan matahari yang termasuk dalam tata
surya hanyalah titik kecil diantara 200 milyar bintang penyususn galaksi bima
sakti. Perhitungan sampai angka 200 milyar bintang ini merupakan perkiraan
untuk sebuah galaksi (yakni galaksi bima sakti yang mempunyai garis tengah
sekitar 100.000 tahun cahaya.
Pengertian
alam semesta mencakup mikrokosmos dan makrokosmos. Mikrokosmos adalah
benda-benda yang mempunyai ukuran yang sangat kecil. Sedangkan makrokosmos
adalah benda-benda yang mempunyai ukuran yang sangat besar.
1.1 Mikrokosmos
Mikroskop yang mempunyai perbesaran seribu kali dapat
dipergunakan untuk mengamati Euglena. Euglena ialah organisme bersel tunggal
dan dapat diambil sebagai contoh dari prilaku sel dan sebagai suatu kesatuan.
Dari organisme ini ternyata dapat diterapkan pada organisme tinggkat tinggi
seperti manusia, sehingga proses kehidupan dapat dipelajari. Mempelajari
mikrokosmos benar-benar menakjubkan karena dalam ukuran yang sangat
kecil. Kenyataan awal kehidupan yang di pelajari pada mikrokosmos sama
menariknya dalam dunia makrokosmos yang berukuran sangat besar sebagai
awal perkenalan untuk alam semesta.
1.2 Makrokosmos
Setelah Galilie (1564-1642) menemukan teleskop,
makin banyak benda langit ditemukan. Teleskop refraktor yang di temukannya
mampu menjadikan mata manusia lebih tajam dalam mengamati benda langit yang
tidak bisa diamati melalui mata telanjang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi lima abad yang lalu membawa manusia
untuk memahami benda-benda langit yang terbebas dari selubung mitologi.
2.
Teori
Terjadinya Alam Semesta
Pada
awal abad 20 salah satu teori menyatakan bahwa planet-planet
terbentuk dari sebagian bahan matahari yang terlempar keluar yang disebabkan
oleh adanya bintang lain yang bergerak mendekati matahari. Akibatnya terjadi
gaya tarik antara matahari dengan bintang-bintang. Dari gaya tarik-menarik
inilah yang menyebabkan sebagian bahan matahari terlempar keluar, dan membentuk
planet.
2.1 Teori
Kabut
Teori
kabut dikemukakan oleh dua orang ilmuan yaitu Imanuel Kant (1724-1804) seorang
ahli filsafat bangsa Jerman dan Piere Simon Laplace (1749-1827) ahli astronomi
bangsa Perancis. Kant mengemukakan teorinya tahun 1755, sedangkan Laplace
mengemukakan tahun 1796 dengan nama Nebular Hypothesis. Pada akhir abad
ke-19 teori kabut disanggah oleh beberapa ahli seperti James Clark Maxwell yang
memeberikan kesimpulan bahwa bila bahan pembentuk planet terdistribusi
disekitar matahari membentuk suatu cakram atau suatu piringan, maka gaya yang
disebabkan oleh perbedaan perputaran (kecepatan anguler) akan mencegah
terjadinya pembekuan planet. Pada abad ke-20 percobaan dilakukan untuk
membuktikan terbentuknya cincin-cincin Laplace, menunjukkan bahwa medan magnet
dan medan listrik matahari tekah merusak proses pembekuan batu-batuan. Jadi
tidak ada alasan yang kuat untuk menyatakan bahwa cincin gas dapat membeku
membantuk planet.
2.2 Teori
Planetisimal
Teori planetisimal pertama kali dikemukakan oleh
Thomas C. Chamberlain dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis
planetisimal mengatakan bahwa tata surya kita terbentuk akibat adanya bintang
lain yang hampir menabrak matahari.
2.3 Teori Pasang Surut Bintang
Teori pasang surut bintang pertama kali dikemukakan
oleh James Jean dan Herold Jaffries pada tahun 1917. Hipotesis pasang surut
bintang sangat mirip dengan hipotesis planetisimal. Namun perbedaannya terletak
pada jumlah awalnya matahari.
2.4 Teori Kondensasi
Teori kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom
Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis
kondensasi menjelaskan bahwa tata surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang
berputar membentuk cakram raksasa.
2.5 Teori Letusan Hebat
Pada tahun 1917, secara matematik
ditentukan bahwa terdapat massa bahan yang hampir seragam yang
keseimbangannya tak tentu antara kekuatan tarik gravitasi dan kekuatan dorongan
dari kosmik lain yang tidak dikenal. Tahun 1922, seorang ahli fisika Rusia
muncul dengan pemecahan soal tersebut, ia mengatakan bahwa kekuatan tolak tidak
berperan, bahkan jagad raya terus meluas dan seluruh partikel saling menjauhi
dengan kecepatan tinggi. Teori letusan hebat ini juga biasa disebut dengan
teori "Big Bang". Pada teori big bang mengatakan bahwa
sebelumnya alam semesta bukan merupakan materi, tetapi suatu ketika ia berubah
menjadi materi yang sangat kecil dan padat, massanya sangat berat dan
tekanannya besar, karena adanya reaksi inti, maka terjadilah letusan yang
hebat.
Namun sayang, teori ini berlawanan
dengan pengetahuan astronomi zaman sekarang, pada teori ini mengatakan bahwa
jagad raya akan terus meluas dan saling menjauhi dengan kecepatan tinggi, namun
pada sistem tata surya kita, yakni "Bimasakti", bukannya
saling menjauh, tetapi malah berjalan sesuai dengan orbitnya masing-masing.
2.6 Teori Keadaan
Tetap
Teori ini dikemukakan oleh ahli astronomi Inggris, bernama Fred
Hoyle serta beberapa ahli astro-fisika inggris. Teori ini mengungkapkan
bahwa jagat raya tidak hanya sama dalam ruang angkasa-asas kosmologi, tetapi
juga tak berubah dalam waktu asas kosmologi yang sempurna. Teori ini sangat
berlawananan dengan teori pertama. Teori pertama menyatakan bahwa alam semesta
akan bergerak menjauh, dan otomatis akan ada suatu ruang kosong di dalamnya,
sedangkan teori kedua ini, kita harus menerima bahwa zat baru akan selalu
diciptakan dalam ruang angkasa diantara berbagai galaksi. jadi, galaksi yang
baru akan tercipta menggantikan galaksi yang menjauh.
2.7 Teori Bintang
Kembar
Menurut teori bintang kembar, awalnya ada dua buah
bintang yang berdekatan (bintang kembar), salah satu bintang tersebut meledak
dan berkeping-keping. Akibat pengaruh grafitasi dari bintang kedua, maka
kepingan-kepingan itu bergerak mengelilingi bintang tersebut dan berubah
menjadi planet-planet. Sedangkan bintang yang tidak meledak adalah matahari.
3.
Anggota
Tata Surya (Bintang, Matahari, Planet, Asteroid, Komet, Bulan dan Meteor)
3.1 Bintang
Bintang adalah benda langit luar
angkasa yang memiliki ukuran besar dan memancarkan cahaya sebagai sumber
cahaya. Bintang yang terdekat dengan bumi adalah matahari.
3.2 Matahari
Matahari adalah bintang yang
letaknya paling dekat dengan bumi, yaitu sekitar 149.600.000 kilometer atau
92,26 juta mil, terbentuk dari komponen gas helium dan hidrogen dan terdiri
dari enam lapisan. Matahari merupakan pusat dari tata surya kita. Matahari
dikelilingi oleh planet-planet anggota tata surya seperti planet bumi,
merkurius, venus, mars, jupiter, saturnus, uranus, neptunus dan jupiter.
3.3 Planet
Planet adalah benda langit yang
mengelilingi bintang sebagai pusat tata surya. Planet tidak dapat menghasilkan
cahaya sendiri namun dapat memantulkan cahaya. Planet yang dekat dengan bumi
dapat kita lihat setiap hari dengan mata telanjang seperti planet venus yang
disebut orang sebagai bintang fajar.
3.4 Asteroid
Asteroid adalah planet-planet kecil
yang jumlahnya puluhan ribu, beredar mengelilingi matahari, letaknya di antara
orbit Mars dan Jupiter. Para ahli astronomi menyatakan dalam sebuah teori bahwa
asteroid adalah sisa-sisa planet yang meledak, sebelumnya mengorbit matahari di
antara orbit-orbit Mars dan Jupiter. Ada sebuah teori lain menjelaskan bahwa
asteroid adalah bongkahan-bongkahan benda-benda angkasa yang tidak pernah dapat
membentuk planet pada waktu sistem tata surya terbentuk.
3.5 Komet
Komet adalah benda langit yang
mengelilingi matahari. Komet memiliki orbit garis edar sendiri yang bentuknya
sangat lonjong. Komet biasa disebut sebagai bintang berekor karena sifatnya
yang bercahaya terang dan memiliki ekor gas debu yang sangat panjang.
3.6 Meteor
Meteor adalah benda langit yang
masuk ke dalam wilayah atmosfer bumi yang mengakibatkan terjadinya gesekan
permukaan meteor dengan udara dalam kecepatan tinggi. Akibat adanya gesekan
yang cepat tersebut menimbulkan pijaran api dan cahaya yang dari kejauhan kita
melihatnya seperti bintang jatuh.
3.7 Bulan
Bulan
adalah satelit alami
Bumi
satu-satunya dan merupakan bulan terbesar kelima
dalam Tata Surya. Bulan juga merupakan
satelit alami terbesar di Tata Surya menurut ukuran planet
yang diorbitnya, dengan diameter 27%, kepadatan 60%, dan massa
1⁄81 (1.23%) dari Bumi. Di antara
satelit alami lainnya, Bulan adalah satelit terpadat kedua setelah Io, satelit Yupiter.
Perbedaan
dari anggota sistem tata surya yang disebutkan diatas ialah :
Ø Matahari adalah salah satu dari
bintang hanya saja paling berbeda dari bintang yang lainnya dalam hal suhu,
warna, ukuran, massa, dan komposisi gasnya. Selain itu, hanya matahari sebagai
pusat dari tata surya kita.
Ø Asteroid dapat dibedakan dengan
komet melalui penampakannya, kalau komet memiliki ekor tetapi asteroid tidak
memiliki ekor.
Ø Meteor tidak memiliki orbit seperti
komet, asteroid dan planet.
Ø Kedatangan komet ke bumi dapat
diprediksi, tetapi kedatangan dari meteor tidak dapat diprediksi.
Ø Bintang dapat memancarkan cahaya sendiri
sedangkan planet memantulkan cahaya dari bintang seperti bulan.
Ø Bulan hanya satelit alami Bumi, sebuah badan yang bergerak di
sekitar tubuh yang lebih besar dalam ruang. Bulan mengorbit Bumi untuk alasan
yang sama seperti Bumi mengorbit Matahari (karena adanya gravitasi). Bulan
memiliki diameter 3.476 km, sekitar seperempat ukuran Bumi. Satelit ini juga
tidak sepadat bumi; gravitasi di Bulan hanya seperenam dari kekuatan gravitasi
Bumi. Astronot bisa melompat enam kali lebih tinggi di Bulan ketimbang di Bumi.
4. Bumi Sebagai Bagian dari Sistem Tata Surya
Bentuk bumi yang bulat menyebabkan benda-benda yang bergerak
menjauhi seorang pengamat di permukaan bumi akan tampak seolah-olah tenggelam
di balik ufuk. Bumi apabila dilihat dari angkasa luar akan tampak berwarna
kebiru-biruan, sehingga disebut sebagai planet biru. Warna kebiru-biruan
tersebut disebabkan oleh keadaan di bumi sendiri yaitu karena 70 % permukaan
bumi berupa laut dan samudra. Selain itu, susunan dan ketebalanangkasanya juga
menentukan ciri khas penampakannya.
Pada saat ini telah diketahui bahwa garis tengah bumi adalah 12.714 km dari kutub ke kutub dan 12. 757 km di sepanjang garis khatulistiwa.
Pada saat ini telah diketahui bahwa garis tengah bumi adalah 12.714 km dari kutub ke kutub dan 12. 757 km di sepanjang garis khatulistiwa.
4.1 Gerak Rotasi Bumi
Gerak bumi yang berputar mengitari porosnya sendiri disebut gerak rotasi bumi. waktu yang diperlukan bumi untuk berotasi satu kali mengitari porosnya adalah 1 hari atau 24 jam (tepatnya 23 jam, 56 menit 4,09 detik). Arah rotasi bumi adalah “arah timur” yaitu dari barat ke timur. Gerak rotasi bumi yang arahnya ke timur mengakibatkan pada siang hari matahari seolah-olah bergerak dari timur ke barat, demikian juga dengan bulan dan bintang di malam hari. Gerak benda-benda langit disebut gerak harian langit atau sering disebut gerak semu harian. Bintang dalam gerak hariannya akan kembali pada tempat yang sama di bola langit setelah menempuh waktu yang sama dengan periode rotasi bumi.
Akibat rotasi bumi terhadap porosnya yaitu pergantian siang dan malam hari, gerak semu harian benda langit, pengembungan di khatulistiwa dan pemepatan di kedua kutub bumi, dan perbedaan waktu untuk tempat-tempat yang berbeda derajat bujurnya.
Gerak bumi yang berputar mengitari porosnya sendiri disebut gerak rotasi bumi. waktu yang diperlukan bumi untuk berotasi satu kali mengitari porosnya adalah 1 hari atau 24 jam (tepatnya 23 jam, 56 menit 4,09 detik). Arah rotasi bumi adalah “arah timur” yaitu dari barat ke timur. Gerak rotasi bumi yang arahnya ke timur mengakibatkan pada siang hari matahari seolah-olah bergerak dari timur ke barat, demikian juga dengan bulan dan bintang di malam hari. Gerak benda-benda langit disebut gerak harian langit atau sering disebut gerak semu harian. Bintang dalam gerak hariannya akan kembali pada tempat yang sama di bola langit setelah menempuh waktu yang sama dengan periode rotasi bumi.
Akibat rotasi bumi terhadap porosnya yaitu pergantian siang dan malam hari, gerak semu harian benda langit, pengembungan di khatulistiwa dan pemepatan di kedua kutub bumi, dan perbedaan waktu untuk tempat-tempat yang berbeda derajat bujurnya.
4.2 Revolusi Bumi
Satu kali bumi beredar mengelilingi matahari (berevolusi)
diperlukan waktu 365,25 hari atau 1 tahun. Kecepatan rata-rata bumi dalam
berevolusi adalah 30 km/s, sedangkan kecepatan berotasi adalah 464 m/s.
Revolusi bumi menyebabkan beberapa peristiwa yaitu pergantian musim di bumi sepanjang tahun; perbedaan lamanya waktu siang dan malam; terlihatnya rasi bintang yang berbeda setiap bulan, hal ini karena setiap bulan posisi bumi berbeda dengan bulan sebelumnya sehingga langit di atas kepala kita pun berbeda akibatnya bintang-bintang yang tampak jadi berbeda. Kumpulan bintang dengan pola-pola tertentu disebut rasi bintang; dan adanya gerak semu tahunan matahari.
Empat musim di bumi terjadi di daerah-daerah pada belahan bumi utara dan belahan bumi selatan, sedangkan di daerah khatulistiwa tidak ada pergantian musim.
Revolusi bumi menyebabkan beberapa peristiwa yaitu pergantian musim di bumi sepanjang tahun; perbedaan lamanya waktu siang dan malam; terlihatnya rasi bintang yang berbeda setiap bulan, hal ini karena setiap bulan posisi bumi berbeda dengan bulan sebelumnya sehingga langit di atas kepala kita pun berbeda akibatnya bintang-bintang yang tampak jadi berbeda. Kumpulan bintang dengan pola-pola tertentu disebut rasi bintang; dan adanya gerak semu tahunan matahari.
Empat musim di bumi terjadi di daerah-daerah pada belahan bumi utara dan belahan bumi selatan, sedangkan di daerah khatulistiwa tidak ada pergantian musim.
5.
Lapisan-Lapisan pada Planet
Bumi dan Fungsinya bagi Kehidupan Manusia
Bumi telah terbentuk sekitar 4,6
milyar tahun yang lalu. Bumi merupakan planet dengan urutan ketiga dari
sembilan planet yang dekat dengan matahari. Jarak bumi dengan matahari sekitar
150 juta km, berbentuk bulat dengan radius ± 6.370 km. Bumi merupakan
satu-satunya planet yang dapat dihuni oleh berbagai jenis mahluk hidup. Bumi
memiliki 2 macam lapisan, yaitu lapisan internal (dalam) dan lapisan eksternal
(luar). Lapisan dalam merupakan lapisan pembentuk bumi. Sedangkan lapisan luar
merupakan lapisan yang melindungi bumi dari meteor atau benda-benda luar
angkasa lainnya.
Secara struktur lapisan dalam bumi,
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
5.1.Kerak
bumi (crush)
Kerak bumi merupakan kulit bumi
bagian luar (permukaan bumi). Tebal lapisan kerak bumi mencapai 70 km dan
merupakan lapisan batuan yang terdiri dari batu-batuan basa dan masam. Lapisan
ini menjadi tempat tinggal bagi seluruh mahluk hidup. Suhu di bagian bawah
kerak bumi mencapai 1.100 oC. Lapisan kerak bumi dan bagian di bawahnya hingga
kedalaman 100 km dinamakan litosfer.
5.2. Selimut atau selubung (mantle)
Mantle merupakan lapisan yang terletak di bawah lapisan
kerak bumi. Tebal selimut bumi mencapai 2.900 km dan merupakan lapisan batuan
padat. Suhu di bagian bawah selimut bumi mencapai 3.000 oC.
5.2.Inti bumi
(core)
Inti bumi yang terdiri dari material cair, dengan penyusun
utama logam besi (90%), nikel (8%), dan lain-lain yang terdapat pada kedalaman
2900 – 5200 km. Lapisan ini dibedakan menjadi lapisan inti luar dan lapisan
inti dalam. Lapisan inti luar tebalnya sekitar 2.000 km dan terdiri atas besi
cair yang suhunya mencapai 2.200 oC. inti dalam merupakan pusat bumi berbentuk
bola dengan diameter sekitar 2.700 km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan
besi yang suhunya mencapai 4.500 oC.
Namun, sebenarnya pada saat ini ditemukan sebuah fakta bahwa
bumi tidak lagi hanya mempunyai 3 lapisan, tapi 7 lapisan.
Pengukuran-Pengukuran dan percobaan-percobaan terbaru menunjukkan bahwa artikel
yang berisi nukleus dari bumi itu berada di bawah tekanan yang sangat tinggi,
tiga juta kali lebih dari permukaan bumi. Di bawah tekanan seperti itu, zat
berubah bentuk menjadi solid, dan hal ini pada waktunya membuat inti bumi itu
sangat solid. Inti bumi ini dikelilingi suatu lapisan zat cair dengan suhu yang
sangat tinggi. Ini berarti bahwa ada dua lapisan di dalam inti bumi, bukan
satu. Satu lapisan di dalam pusat yang dikelilingi lapisan zat cair. Hal itu
diketahui sesudah alat-alat pengukur dikembangkan dan memberi para ilmuwan
suatu perbedaan yang jelas antar lapisan-lapisan bumi bagian dalam. Jika kita
turun ke bawah bumi yang keras, kita akan menemukan lapisan batu-batu yang
sangat panas, yaitu batu yang berfungsi untuk membungkus. Setelah itu ada tiga
lapisan terpisah, di mana masing-masing itu berbeda kepadatan, tekanan dan suhu
yang berbeda-beda.


Gambar ini menunjukkan tujuh lapisan bumi, memberitahukan
bahwa kerak bumi adalah lapisan sangat tipis yang disusul dengan mantel dengan
berbeda-beda ketebalannya, lalu disusul lapisan-lapsan yang terdiri zat cair,
dan diakhiri dengan yang lapisan ketujuh, yaitu nukleus padat. Para ilmuwan
juga menemukan bahwa atom terdiri dari tujuh lapisan atau tingkatan, dan hal
ini membuktikan keseragaman ciptaan, di mana bumi mempunyai tujuh lapisan dan
atom-atom mempunyai tujuh lapisan juga. Tujuh lapisan bumi itu sangat
berbeda-beda dari segi struktur, kepadatan, suhu dan bahannya.
Lapisan luar bumi secara keseluruhan sering disebut
atmosfer. Atmosfer adalah lapisan gas yang melingkupi sebuah planet, termasuk
bumi, dari permukaan planet tersebut sampai jauh di luar angkasa. Di bumi,
atmosfer terdapat dari ketinggian 0 km di atas permukaan tanah, sampai dengan
sekitar 560 km dari atas permukaan bumi. Atmosfer tersusun atas beberapa
lapisan, yang dinamai menurut fenomena yang terjadi di lapisan tersebut.
Transisi antara lapisan yang satu dengan yang lain berlangsung bertahap.
Atmosfer Bumi terdiri atas nitrogen (78.17%) dan oksigen (20.97%), dengan
sedikit argon (0.9%), karbondioksida (variabel, tetapi sekitar 0.0357%), uap
air, dan gas lainnya. Atmosfer melindungi kehidupan di bumi dengan menyerap
radiasi sinar ultraviolet dari matahari dan mengurangi suhu ekstrem di antara
siang dan malam. 75% dari atmosfer ada dalam 11 km dari permukaan planet.
5.1 Troposfer
Lapisan ini berada pada level yang terrendah, campuran
gasnya paling ideal untuk menopang kehidupan di bumi. Dalam lapisan ini
kehidupan terlindung dari sengatan radiasi yang dipancarkan oleh benda-benda
langit lain. Dibandingkan dengan lapisan atmosfer yang lain, lapisan ini adalah
yang paling tipis (kurang lebih 15 kilometer dari permukaan tanah). Dalam
lapisan ini, hampir semua jenis cuaca, perubahan suhu yang mendadak, angin
tekanan dan kelembaban yang kita rasakan sehari-hari berlangsung. Ketinggian
yang paling rendah adalah bagian yang paling hangat dari troposfer, karena
permukaan bumi menyerap radiasi panas dari matahari dan menyalurkan panasnya ke
udara. Biasanya, jika ketinggian bertambah, suhu udara akan berkurang secara
tunak (steady), dari sekitar 17℃ sampai -52℃. Pada permukaan bumi yang tertentu,
seperti daerah pegunungan dan dataran tinggi dapat menyebabkan anomali terhadap
gradien suhu tersebut.
Lapisan ini dianggap sebagai bagian atmosfer yang paling
penting, karena berhubungan langsung dengan permukaan bumi yang merupakan
habitat dari berbagai jenis mahluk hidup termasuk manusia, serta karena
sebagain besar dinamika iklim berlangsung pada lapisan troposfer. Susunan kimia
udara troposfer terdiri dari 78,03% nitrogrn, 20,99 oksigen, 0,93% argon, 0,03%
asam arang, 0,0015% nenon, 0,00015% helium, 0,0001% kripton, 0,00005% hidrogen,
serta 0,000005% xenon. Di dalam troposfer terdapat tiga jenis awan, yaitu awan
rendah (cumulus), yang tingginya antara 0 – 2 km; awan pertengahan (alto
cumulus lenticularis), tingginya antara 2 – 6 km; serta awan tinggi (cirrus)
yang tingginya antara 6 – 12 km.
Troposfer terbagi lagi ke dalam empat lapisan, yaitu :
Troposfer terbagi lagi ke dalam empat lapisan, yaitu :
1. Lapisan Udara Dasar
Tebal lapisan udara ini adalah 1 – 2 meter di atas permukaan bumi. Keadaan di dalam lapisan udara ini tergantung dari keadaan fisik muka bumi, dari jenis tanaman, ketinggian dari permukaan laut dan lainnya. Keadaan udara dalam lapisan inilah yang disebut sebagai iklim mikro, yang memperngaruhi kehidupan tanaman dan juga jasad hidup di dalam tanah.
Tebal lapisan udara ini adalah 1 – 2 meter di atas permukaan bumi. Keadaan di dalam lapisan udara ini tergantung dari keadaan fisik muka bumi, dari jenis tanaman, ketinggian dari permukaan laut dan lainnya. Keadaan udara dalam lapisan inilah yang disebut sebagai iklim mikro, yang memperngaruhi kehidupan tanaman dan juga jasad hidup di dalam tanah.
2. Lapisan Udara Bawah
Lapisan udara ini dinamakan juga lapisan-batasan planiter (planetaire grenslag, planetary boundary layer). Tebal lapisan ini 1 – 2 km. Di sini berlangsung berbagai perubahan suhu udara dan juga menentukan iklim.
Lapisan udara ini dinamakan juga lapisan-batasan planiter (planetaire grenslag, planetary boundary layer). Tebal lapisan ini 1 – 2 km. Di sini berlangsung berbagai perubahan suhu udara dan juga menentukan iklim.
3. Lapisan Udara Adveksi (Gerakan Mendatar)
Lapisan ini disebut juga lapisan udara konveksi atau lapisan awan, yang tebalnya 2 – 8 km. Di dalam lapisan udara ini gerakan mendatar lebih besar daripada gerakan tegak. Hawa panas dan dingin yang beradu di sini mengakibatkan kondisi suhu yang berubah-ubah.
Lapisan ini disebut juga lapisan udara konveksi atau lapisan awan, yang tebalnya 2 – 8 km. Di dalam lapisan udara ini gerakan mendatar lebih besar daripada gerakan tegak. Hawa panas dan dingin yang beradu di sini mengakibatkan kondisi suhu yang berubah-ubah.
4. Lapisan Udara Tropopouse
Merupakan lapisan transisi antara lapisan troposfer dan stratosfer terletak antara 8 – 12 km di atas permukaan laut (dpl). Pada lapisan ini terdapat derajat panas yang paling rendah, yakni antara – 46 o C sampai – 80o C pada musim panas dan antara – 57 o C sampai – 83 o C pada musim dingin. Suhu yang sangat rendah pada tropopouse inilah yang menyebabkan uap air tidak dapat menembus ke lapisan atmosfer yang lebih tinggi, karena uap air segera mengalami kondensasi sebelum mancapai tropopouse dan kemudian jatuh kembali ke bumi dalam bentuk cair (hujan) dan padat (salju, hujan es).
Merupakan lapisan transisi antara lapisan troposfer dan stratosfer terletak antara 8 – 12 km di atas permukaan laut (dpl). Pada lapisan ini terdapat derajat panas yang paling rendah, yakni antara – 46 o C sampai – 80o C pada musim panas dan antara – 57 o C sampai – 83 o C pada musim dingin. Suhu yang sangat rendah pada tropopouse inilah yang menyebabkan uap air tidak dapat menembus ke lapisan atmosfer yang lebih tinggi, karena uap air segera mengalami kondensasi sebelum mancapai tropopouse dan kemudian jatuh kembali ke bumi dalam bentuk cair (hujan) dan padat (salju, hujan es).
5.2 Stratosfer
Perubahan secara bertahap dari troposfer ke stratosfer
dimulai dari ketinggian sekitar 11 km. Suhu di lapisan stratosfer yang paling
bawah relatif stabil dan sangat dingin yaitu – 70oF atau sekitar – 57oC. Pada
lapisan ini angin yang sangat kencang terjadi dengan pola aliran yang
tertentu.Disini juga tempat terbangnya pesawat. Awan tinggi jenis cirrus
kadang-kadang terjadi di lapisan paling bawah, namun tidak ada pola cuaca yang
signifikan yang terjadi pada lapisan ini. Dari bagian tengah stratosfer keatas,
pola suhunya berubah menjadi semakin bertambah semakin naik, karena
bertambahnya lapisan dengan konsentrasi ozon yang bertambah. Lapisan ozon ini
menyerap radiasi sinar ultra ungu. Suhu pada lapisan ini bisa mencapai sekitar
18oC pada ketinggian sekitar 40 km. Lapisan stratopause memisahkan stratosfer
dengan lapisan berikutnya. Lapisan stratosfer dibagi dalam tiga bagian yaitu:
a. Lapisan udara isoterm; terletak antara 12 – 35 km dpl, dengan suhu udara – 50o C sampai -55o C.
b. Lapisan udara panas; terletak antara 35 – 50 km dpl, dengan suhu – 50o C sampai + 50o C.
c. Lapisan udara campuran teratas; terletak antara 50 – 80 km dpl, dengan suhu antara +50o C sampai -70o C. karena pengaruh sinar ultraviolet, pada ketinggian 30 km oksigen diubah menjadi ozon, hingga kadarnya akan meningkat dari 5 menjadi 9 x 10-2 cc di dalam 1 m3.
a. Lapisan udara isoterm; terletak antara 12 – 35 km dpl, dengan suhu udara – 50o C sampai -55o C.
b. Lapisan udara panas; terletak antara 35 – 50 km dpl, dengan suhu – 50o C sampai + 50o C.
c. Lapisan udara campuran teratas; terletak antara 50 – 80 km dpl, dengan suhu antara +50o C sampai -70o C. karena pengaruh sinar ultraviolet, pada ketinggian 30 km oksigen diubah menjadi ozon, hingga kadarnya akan meningkat dari 5 menjadi 9 x 10-2 cc di dalam 1 m3.
5.3 Mesosfer
Kurang lebih 25 mil atau 40km diatas permukaan bumi terdapat
lapisan transisi menuju lapisan mesosfer. Pada lapisan ini, suhu kembali turun
ketika ketinggian bertambah, sampai menjadi sekitar – 143oC di dekat bagian
atas dari lapisan ini, yaitu kurang lebih 81 km diatas permukaan bumi. Suhu serendah
ini memungkinkan terjadi awan noctilucent, yang terbentuk dari kristal es.
Daerah transisi antara lapisan mesosfer dan termosfer disebut mesopouse dengan
suhu terendah – 110o C.
5.4 Termosfer
Transisi dari mesosfer ke termosfer dimulai pada ketinggian
sekitar 81 km. Dinamai termosfer karena terjadi kenaikan temperatur yang cukup
tinggi pada lapisan ini yaitu sekitar 1982oC. Perubahan ini terjadi karena
serapan radiasi sinar ultra ungu. Radiasi ini menyebabkan reaksi kimia sehingga
membentuk lapisan bermuatan listrik yang dikenal dengan nama ionosfer, yang
dapat memantulkan gelombang radio. Sebelum munculnya era satelit, lapisan ini
berguna untuk membantu memancarkan gelombang radio jarak jauh. Molekul oksigen
akan terpecah menjadi oksegen atomik di sini. Proses pemecahan molekul oksigen
dan gas-gas atmosfer lainnya akan menghasilkan panas, yang akan menyebabkan
meningkatnya suhu pada lapisan ini. Suhu pada lapisan ini akan meningkat dengan
meningkaknya ketinggian. Ionosfer dibagi menjadi tiga lapisan lagi, yaitu:
a. Lapisan Udara E
Terletak antara 80 – 150 km dengan rata-rata 100 km dpl. Lapisan ini tempat terjadinya proses ionisasi tertinggi. Lapisan ini dinamakan juga lapisan udara KENNELY dan HEAVISIDE dan mempunyai sifat memantulkan gelombang radio. Suu udara di sini berkisar – 70o C sampai +50o C .
Terletak antara 80 – 150 km dengan rata-rata 100 km dpl. Lapisan ini tempat terjadinya proses ionisasi tertinggi. Lapisan ini dinamakan juga lapisan udara KENNELY dan HEAVISIDE dan mempunyai sifat memantulkan gelombang radio. Suu udara di sini berkisar – 70o C sampai +50o C .
b. Lapisan udara F
Terletak antara 150 – 400 km. Lapisan ini dinamakan juga lapisan udara APPLETON.
Terletak antara 150 – 400 km. Lapisan ini dinamakan juga lapisan udara APPLETON.
c. Lapisan udara atom
Pada lapisan ini, benda-benda berada dalam lbentuk atom. Letaknya lapisan ini antara 400 – 800 km. Lapisan ini menerima panas langsung dari matahari, dan diduga suhunya mencapai 1200o C
Fenomena aurora yang dikenal juga dengan cahaya utara atau cahaya selatan terjadi di lapisan ini.
Pada lapisan ini, benda-benda berada dalam lbentuk atom. Letaknya lapisan ini antara 400 – 800 km. Lapisan ini menerima panas langsung dari matahari, dan diduga suhunya mencapai 1200o C
Fenomena aurora yang dikenal juga dengan cahaya utara atau cahaya selatan terjadi di lapisan ini.
5.5 Eksosfer
Merupakan lapisan atmosfer yang paling tinggi. Pada lapisan
ini, kandungan gas-gas atmosfer sangat rendah. Batas antara ekosfer (yang pada
dasarnya juga adalah batas atmosfer) dengan angkasa luar tidak jelas. Daerah
yang masih termasuk ekosfer adalah daerah yang masih dapat dipengaruhi daya
gravitasi bumi. Garis imajiner yang membatasi ekosfer dengan angkasa luar
disebut magnetopause. Adanya refleksi cahaya matahari yang dipantulkan oleh
partikel debu meteoritik. Cahaya matahari yang dipantulkan tersebut juga
disebut sebagai cahaya Zodiakal.
6.
Teori Terjadinya Bumi
Bumi
adalah planet tempat tinggal seluruh makhluk hidup beserta isinya. Kira-kira
250 juta tahun yang lalu sebagian besar kerak benua di Bumi merupakan satu
massa daratan yang dikenal sebagai Pangea.
Kemudian, kira-kira dua ratus juta tahun yang lalu Pangea terpecah menjadi dua benua besar yaitu Laurasia, yang sekarang terdiri dari Amerika Utara, Eropa, sebagian
Asia Tengah dan Asia Timur dan Gondwana
yang terdiri dari Amerika Selatan, Afrika India, Australia dan bagian Asia
lainnya. Bagian-bagian dan dua benua besar ini kemudian terpecah-pecah, hanyut
dan bertubrukan dengan bagian lain.
Sebagai
tempat tinggal makhluk hidup, bumi tersusun atas beberapa lapisan bumi.
Bahan-bahan material pembentuk bumi dan seluruh kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya. Bentuk permukaan bumi berbeda-beda, mulai dari daratan, lautan,
pegunungan, perbukitan, danau, lembah, dan sebagainya. Bumi sebagai salah satu
planet yang termasuk dalam sistem tata surya di alam semesta ini tidak diam
seperti apa yang kita perkirakan selama ini, melainkan bumi melakukan
perputaran pada porosnya (rotasi) dan bergerak mengelilingi matahari (revolusi)
sebagai pusat sistem tata surya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya siang malam
dan pasang surut air laut. Oleh karena itu, proses terbentuknya bumi tidak
terlepas dari proses terbentuknya tata surya kita.
Berikut
adalah beberapa teori tentang terjadinya bumi:
6.1 Teori Kabut (
Nebula )

Sejak
jaman sebelum Masehi, para ahli telah memikirkan proses terjadinya Bumi. Salah
satunya adalah Teori Kabut (Nebula) yang dikemukakan oleh Immanuel
Kant (1755) dan Piere DeLaplace (1796). Mereka terkenal dengan Teori
Kabut Kant-Laplace. Dalam teori ini dikemukakan bahwa di jagat raya terdapat
gas yang kemudian berkumpul menjadi kabut (Nebula). Gaya tarik-menarik antar
gas ini membentuk kumpulan kabut yang sangat besar dan berputar semakin cepat.
Dalam proses perputaran yang sangat cepat ini, materi kabut bagian khatulistiwa
terlempar memisah dan memadat (karena pendinginan). Bagian yang terlempar
inilah yang kemudian menjadi planet-planet dalam tata surya. Teori Nebula
ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
ü Matahari
dan planet-planet lainnya masih berbentuk gas, kabut yang begitu pekat dan
besar.
ü Kabut
tersebut berputar dan berpilin dengan kuat, dimana pemadatan terjadi di pusat
lingkaran yang kemudian membentuk matahari. Pada saat yang bersamaan materi
lain pun terbentuk menjadi massa yang lebih kecil dari matahari yang disebut
sebagai planet, bergerak mengelilingi matahari.
ü Materi-materi
tersebut tumbuh makin besar dan terus melakukan gerakan secara teratur
mengelilingi matahari dalam satu orbit yang tetap dan membentuk Susunan
Keluarga Matahari.
6.2 Teori
Planetesimal
Pada
awal abad ke-20, Forest Ray Moulton, seorang ahli
astronomi Amerika bersama rekannya Thomas C.Chamberlain, seorang
ahli geologi, mengemukakan teori Planetisimal Hypothesis, yang mengatakan
matahari terdiri dari massa gas bermassa sangat besar. Pada suatu saat melintas
bintang lain yang ukurannya hampir sama dengan matahari, bintang tersebut
melintas begitu dekat sehingga hampir menjadi tabrakan. Karena dekatnya
lintasan pengaruh gaya gravitasi antara dua bintang tersebut mengakibatkan
tertariknya gas dan materi ringan pada bagian tepi.
Karena
pengaruh gaya gravitasi tersebut sebagian materi terlempar meninggalkan
permukaan matahari dan permukaan bintang. Materi-materi yang terlempar mulai
menyusut dan membentuk gumpalan-gumpalan yang disebut planetisimal.
Planetisimal- Planetisimal lalu menjadi dingin dan padat yang pada akhirnya
membentuk planet-planet yang mengelilingi matahari.
6.3 Teori
Pasang Surut Gas ( Tidal )
Teori
ini dikemukakan oleh James Jeans dan Harold Jeffreys pada
tahun 1918, yakni bahwa sebuah bintang besar mendekati matahari dalam jarak
pendek, sehingga menyebabkan terjadinya pasang surut pada tubuh matahari, saat
matahari itu masih berada dalam keadaan gas. Terjadinya pasang surut air laut
yang kita kenal di Bumi, ukuranya sangat kecil. Penyebabnya adalah kecilnya
massa bulan dan jauhnya jarak bulan ke Bumi (60 kali radius orbit Bumi).
Tetapi, jika sebuah bintang yang bermassa hampir sama besar dengan matahari
mendekat, maka akan terbentuk semacam gunung-gunung gelombang raksasa pada
tubuh matahari, yang disebabkan oleh gaya tarik bintang tadi. Gunung-gunung
tersebut akan mencapai tinggi yang luar biasa dan membentuk semacam lidah pijar
yang besar sekali, menjulur dari massa matahari dan merentang ke arah bintang
besar itu.
Dalam
lidah yang panas ini terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya kolom-kolom ini
akan pecah, lalu berpisah menjadi benda-benda tersendiri, yaitu planet-planet.
Bintang besar yang menyebabkan penarikan pada bagian-bagian tubuh matahari
tadi, melanjutkan perjalanan di jagat raya, sehingga lambat laun akan hilang
pengaruhnya terhadap-planet yang berbentuk tadi. Planet-planet itu akan
berputar mengelilingi matahari dan mengalami proses pendinginan. Proses
pendinginan ini berjalan dengan lambat pada planet-planet besar, seperti
Yupiter dan Saturnus, sedangkan pada planet-planet kecil seperti Bumi kita,
pendinginan berjalan relatif lebih cepat.
6.4 Teori Bintang
Kembar
Teori
ini dikemukakan oleh seorang ahli Astronomi R.A Lyttleton. Menurut teori
ini, galaksi berasal dari kombinasi bintang kembar. Salah satu bintang meledak
sehingga banyak material yang terlempar. Karena bintang yang tidak meledak
mempunyai gaya gravitasi yang masih kuat, maka sebaran pecahan ledakan bintang
tersebut mengelilingi bintang yang tidak meledak itu. Bintang yang tidak
meledak itu sekarang disebut dengan matahari, sedangkan pecahan bintang yang
lain adalah planet-planet yang mengelilinginya.
6.5 Teori Big Bang
Berdasarkan
Theory Big Bang, proses terbentuknya bumi berawal dari puluhan milyar tahun
yang lalu. Pada awalnya terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada
porosnya. Putaran tersebut memungkinkan bagian-bagian kecil dan ringan
terlempar ke luar dan bagian besar berkumpul di pusat, membentuk cakram
raksasa. Suatu saat, gumpalan kabut raksasa itu meledak dengan dahsyat di luar
angkasa yang kemudian membentuk galaksi dan nebula-nebula. Selama jangka waktu
lebih kurang 4,6 milyar tahun, nebula-nebula tersebut membeku dan membentuk
suatu galaksi yang disebut dengan nama Galaksi Bima Sakti, kemudian membentuk
sistem tata surya. Sementara itu, bagian ringan yang terlempar ke luar tadi
mengalami kondensasi sehingga membentuk gumpalan-gumpalan yang mendingin dan
memadat. Kemudian, gumpalan-gumpalan itu membentuk planet-planet, termasuk
planet bumi.
Dalam
perkembangannya, planet bumi terus mengalami proses secara bertahap hingga
terbentuk seperti sekarang ini. Ada tiga tahap dalam proses pembentukan bumi,
yaitu:
·
Awalnya, bumi
masih merupakan planet homogen dan belum mengalami perlapisan atau perbedaan
unsur.
·
Pembentukan
perlapisan struktur bumi yang diawali dengan terjadinya diferensiasi. Material
besi yang berat jenisnya lebih besar akan tenggelam, sedangkan yang berat jenisnya
lebih ringan akan bergerak ke permukaan.
·
Bumi terbagi
menjadi lima lapisan, yaitu inti dalam, inti luar, mantel dalam, mantel luar,
dan kerak bumi.
Bukti
penting lain bagi Big Bang adalah jumlah hidrogen dan helium di ruang angkasa.
Dalam berbagai penelitian, diketahui bahwa konsentrasi hidrogen-helium di alam
semesta bersesuaian dengan perhitungan teoritis konsentrasi hidrogen-helium
sisa peninggalan peristiwa Big Bang. Jika alam semesta tak memiliki permulaan
dan jika ia telah ada sejak dulu kala, maka unsur hidrogen ini seharusnya telah
habis sama sekali dan berubah menjadi helium.
Segala
bukti meyakinkan ini menyebabkan teori Big Bang diterima oleh masyarakat
ilmiah. Model Big Bang adalah titik terakhir yang dicapai ilmu pengetahuan
tentang asal muasal alam semesta. Begitulah, alam semesta ini telah diciptakan
oleh Allah Yang Maha Perkasa dengan sempurna tanpa cacat .
“
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak
melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka
lihtatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang.” (QS.
Al-Mulk, 67:3).
Perlu
dikemukakan bahwa 'volume nol' merupakan pernyataan teoritis yang digunakan
untuk memudahkan pemahaman. Ilmu pengetahuan dapat mendefinisikan konsep
'ketiadaan', yang berada di luar batas pemahaman manusia, hanya dengan
menyatakannya sebagai 'titik bervolume nol'. Sebenarnya, 'sebuah titik tak
bervolume' berarti 'ketiadaan'. Demikianlah alam semesta muncul menjadi ada
dari ketiadaan. Dengan kata lain, ia telah diciptakan. Fakta bahwa alam ini
diciptakan, yang baru ditemukan fisika modern pada abad 20, telah dinyatakan
dalam Alqur'an 14 abad lampau,yakni :
"
Dia (Allah) Pencipta langit dan bumi "
(QS.
Al-An'aam, 6: 101)
A.
KEHIDUPAN DI BUMI
1. Asal Mula
Kehidupan di Bumi
Awal mulanya dunia ini hanya sebatas planet yang
kosong dan lama kelamaan dunia ini penuh dengan makhluk – makhluk yang
menempati bumi ini dan mulailah terjadi kehidupan di dunia ini. Sejarah
kehidupan dibumi dapat diungkap melalui fosil. Fosil telah menjadi bukti
yang paling kuat untuk menjelaskan tentang kejadian makroevolusi. Makroevolusi
merupakan perubahan dalam skala besar diatas tingkatan spesies yang
berlangsung dalam jangka waktu yang sangat lama. Kebanyakan fosil ditemukan
tertanam dalam batuan sediment. Melalui prose alami yang panjang,
sediment-sedimen dapat tersusun secara berlapis-lapis membentuk strata
(tingkatan). Setiap lapisan strata, disebut catatan fosil berguna bagi
ilmuwan untuk menjelaskan sejarah kehidupan dibumi. Studi kasus yang
mempelajari catatan fosil disebut paleontology. Dibawah ini adalah
beberapa teori asal mula kehidupan dibumi.
Bumi kita dahulu terbentuk dalam keadaan hangat dan
pijar yang secara perlahan – lahan bumi mengadakan kondensasi atau lebih dingin
sehingga pada suatu saat terbentuklah kerak atau kulit bumi. Bagian yang
berbentuk cair membentuk samudera atau hidrosfer, sedangkan bagian yang
berbentuk gas disebut atmosfer dan yang berbentuk padat disebut litosfer.
Lapisan bumi yang dihuni oleh berbagai makhluk hidup
melangsungkan kehidupannya disebut biosfer. Dalam kehidupan makhluk hidup
tersebut, terbentuk suatu sistem hubungan antara makhluk hidup dengan materi
dan energi yang mengelilinginya.
Ciri – ciri
sebuah benda hidup atau makhluk hidup ialah :
1.
Melakukan pertukaran zat atau metabolisme, yakni adanya zat yang masuk dan
keluar.
2.
Tumbuh atau bertambah besar karena pertambahan dari dalam dan bergerak.
3.
Melakukan reproduksi atau berkembangbiak.
4.
Memiliki irabilitas atau kepekaan terhadap rangsangan dan memberikan reaksi
terhadap rangsangan itu.
5.
Memiliki kemampuan mengadakan adaptasi terhadap lingkungan.
Secara perlahan-lahan bumi mengadakan kondensasi atau
menjadi lebih dingin sehingga pada suatu saat terbentuklah kerak atau kulit
bumi. Yang berbentuk cair membentuk samudra atau hidrosfer, yang berbentuk gas
disebut atmosfer dan yang berbentuk padat disebut litosfer. Pada saat ini kulit
bumi tersebut dihuni oleh berbagai jenis makhluk hidup yang beraneka ragam. Lapisan
bumi yang dihuni oleh berbagai makhluk hidup itu kita sebut biosfer.
Banyak terdapat teori maupun paham-paham yang
dikemukakan oleh para ilmuan mengenai teori awal mula kehidupan di dunia. Namun
semuanya belum dapat memberikan jawaban yang pasti. Sebenarnya sudah sejak
zaman Yunani Kuno manusia berusaha memberikan jawaban terhadap awal mula
kehidupan di muka bumi ini. Namun, jawaban itu umumnya hanya berupa dongeng
atau mitos belaka. Berikut ini dikemukakan beberapa teori-teori awal mula
makhluk hidup di dunia, sebagai bahan kajian kita untuk mengenal lebih jauh
sejarah awal mula kehidupan di dunia.
Usia Bumi kurang lebih adalah 3000 juta tahun , namun
hadirnya kehidupan diatas bumi barulah sekitar 2000 tahun, dan berwal dari
mahluk yang sangat sederhana.
Hal itu diketahui berdasarkan penelitian dan analisis dengan menggunakan metode perbandingan zat radioaktif dengan zat hasil seluruhnya. Dengan metode itu pula diperkirakan bahwa bumi telah membentuk batuan sejak 5 ribu juta tahun yang lalu. Dari berbagai penelitian terdapat batuan yang berumur 3,5 juta tahun yang telah menunjukan tanda – tanda kehidupan atau fosil.
Hal itu diketahui berdasarkan penelitian dan analisis dengan menggunakan metode perbandingan zat radioaktif dengan zat hasil seluruhnya. Dengan metode itu pula diperkirakan bahwa bumi telah membentuk batuan sejak 5 ribu juta tahun yang lalu. Dari berbagai penelitian terdapat batuan yang berumur 3,5 juta tahun yang telah menunjukan tanda – tanda kehidupan atau fosil.
Kita mengenal beberapa hipotesis tentang asal mula
kehidupan. Perlu diketahui bahwa hipotesis yang dikemukakan para ahli tidak
terlepas dari cara penalaran seseorang dari zaman ke zaman, oleh karena itu ada
beberapa hipotesis yang agak kurang tepat kedengarannya. Namun sebaliknya, ada
beberapa hipotesis yang benar bila ditinjau dari segi logika.
Usia Bumi kurang lebih adalah 3000 juta tahun , namun hadirnya kehidupan
diatas bumi barulah sekitar 2000 tahun , dan berwal dari mahluk yang sangat
sederhana.
Hal itu diketahui berdasarkan penelitian dan analisis dengan menggunakan metode perbandingan zat radioaktif dengan zat hasil seluruhnya. Denganmetode itu pula diperkirakan bahwa bumi telah membentuk batuan sejak 5 ribu juta tahun yang lalu. Dari penelitian berbagai penelitian terdapat batuan yang berumur 3,5 juta tahun yang telah menunjukan tanda - tanda kehidupan atau fosil.
Hal itu diketahui berdasarkan penelitian dan analisis dengan menggunakan metode perbandingan zat radioaktif dengan zat hasil seluruhnya. Denganmetode itu pula diperkirakan bahwa bumi telah membentuk batuan sejak 5 ribu juta tahun yang lalu. Dari penelitian berbagai penelitian terdapat batuan yang berumur 3,5 juta tahun yang telah menunjukan tanda - tanda kehidupan atau fosil.
1.1 Teori Asal Usul
Bumi dan Pencetusnya
Kita mengenal beberapa hipotesis tentang asal mula
kehidupan. Perlu diketahui bahwa hipotesis yang dikemukakan para ahli tidak
terlepas dari cara penalaran seseorang dari zaman ke zaman, oleh karena itu ada
beberapa hipotesis yang agak kurang tepat kedengarannya. Namun sebaliknya, ada
beberapa hipotesis yang benar bila ditinjau dari segi logika. Berikut beberapa
hipotesis atau teori tentang dari mana asal kehidupan di Bumi :
Usia Bumi kurang lebih adalah
3000 juta tahun , namun hadirnya kehidupan diatas bumi barulah sekitar 2000
tahun , dan berwal dari mahluk yang sangat sederhana.
Hal itu diketahui berdasarkan penelitian dan analisis dengan menggunakan metode perbandingan zat radioaktif dengan zat hasil seluruhnya. Denganmetode itu pula diperkirakan bahwa bumi telah membentuk batuan sejak 5 ribu juta tahun yang lalu. Dari penelitian berbagai penelitian terdapat batuan yang berumur 3,5 juta tahun yang telah menunjukan tanda - tanda kehidupan atau fosil.
Hal itu diketahui berdasarkan penelitian dan analisis dengan menggunakan metode perbandingan zat radioaktif dengan zat hasil seluruhnya. Denganmetode itu pula diperkirakan bahwa bumi telah membentuk batuan sejak 5 ribu juta tahun yang lalu. Dari penelitian berbagai penelitian terdapat batuan yang berumur 3,5 juta tahun yang telah menunjukan tanda - tanda kehidupan atau fosil.
1. Hidup dari Tuhan
Pendapat ni lebih dikenal dengan paham , Penciptaan
Khusus yang mengandung arti bahwa Tuhan Langsung turun tangan . Ilmuwan Tidak
menolak anggapan ini , tetapi semacam itu diluar taraf dan batas ilmu
pengetahuan. Pendapat ini Dikenal dengan sebutan Teori Transedental , yang
berpendapat bahwa semua ciptaan dari sisi “Religi “ adalah Ciptaan Tuhan Yang
Maha Kuasa dan itu luar jangkauan sains.
2. Teori Cozmozoa
Arrhenius (191 I) menyatakan bahwa
kehidupan pertama dimulai dari spora-spora kehidupan yang bersarna-sama dengan
partikel debu alam disebarkan dari satu tempat ke tempat lain, di bawah
pengaruh sinar matahari. Tetapi teori ini tidak memperhitungkan adanya
temperature yang begitu dingin dan juga sangat panas dan sinar -sinar yang
mematikan yang terdapat di angkasa luar, seperti sinar kosmis, sinar ultra
violet dan sinar infra merah.
Teori ini berdasarkan dua asumsi bahwa:
1. Benda hidup itu ada atau telah ada disuatu tempat dalam alam semesta ini
2. Hidup itu dapat dipertahankan selama perjalanan antar benda angkasa ke bumi.
3. Teori Fluger
Teori menyatakan bahwa Bumi itu berasal dari suatu
materi yang sangat panas sekali , yang mengandung Karbon dan Nitrogen sehingga
terbentuk Cyanogen . Senyawa itu dapat terjadi pada suhu yang sangat tinggi ,
dan selanjutnya terbentuk zat protein protoplasma yang menjadi mahluk hidup.
4. Teori Moore
Teori ini menyatakan bahwa Hidup dapat muncul dari
kondisi yang cocok atau pas dari bahan Organik pada saat bumi mengalami
pendinginan dalam kondisi tersebut muncullah hidup itu .
5. Teori Allen
Mengatakan bahwa saat
keadaan berdifusi ( bumi itu keadaannya seperti sekarang ), beberapa reaksi
terjadi yaitu energi yang datang dari sinar matahari diserap oleh zat besi yang
lembab dan menimbulkan pengaturan atom , Interaksi antara Nitrogen , Karbon ,
Hidrogen , Oksigen dan Sulfur , yang nantinya akan membentuk zat – zat yang
difus yang akhirnya membentuk potoplasma benda hidup.
6. Generatio Spontanea
Disebut juga teori Abiogenesis
pelopornya seorang ahli filsafat zaman Yunani Kuno Aristoteles (384-322 SM) yang
berpendapat bahwa makhluk hidup terjadi begitu saja pendapat ini masih terus
bertahan sampai abad kc 17 -18 Anthony van Leenwenhoek (abad ke 18) berhasil
membuat mikroskop dan melihat jasad renik di dalam air bekas rendaman jerami
penemuan Leeuwenhoek (salah seorang penganut teori abiogenesis) memperkuat
teori generatio spontanea teori terbukti makhluk hidup berasal dari benda mati
(jasad renik berasal dari air bekas rendaman jerarni). Sebelum abad 17 orang menganggap bahwa makhluk hidup itu terbentuk secara
spontan atau terbentuk dengan sendirinya. Contoh : Ulat timbul
dengan sendirinya dari bangkai tikus, cacing timbul dengan sendirinya dari
dalam lumpur, dari gudang padi, ternyata munculah tikus.Faham ini disebut juga
abiogenesis makhluk hidup dapat terbentuk dari bukan makhluk hidup, misalnya
dari lumpur timbul cacing. faham ini antara lain dipelopori oleh Aristoteles.
7. Omne Vivum Ex Ovo
Fransisco Redi (1626-1697)
ahli biologi bangsa Italia dapat membuktikan bahwa ulat pada bangkai tikus
berasal dari telur lalat yang meletakan telurnya dengan sengaja di situ. Dari
berbagai percobaannya yang serupa ia memperoleh kesimpulan yang serupa yaitu
bahwa asal mula kehidupan itu adalah telur atau omne vivum ex ovo.
8. Omne Ovo Ex Vivo
Lazzaro Spallanzani (1729 - 1799) juga ahli bangsa
Italia dengan percobaannya terhadap kaldu, membuktikan bahwa jasad renik atau
mikroorganisme yang mencemari kaldu dapat membusukkan kaldu itu. Bila kaldu
ditutup rapat setelah mendidih maka tidak terjadi pembusukan. Ia mengambil
kesimpulan bahwa untuk adanya telur harus ada jasad hidup terlebih dahulu. Maka
muncullah teorinya omne ovo ex vivo atau telur itu berasal dari makhluk hidup.
9. Omne Vivum Ex Vivo
Louis Pasteur (1822-1895) sarjana kimia Perancis melanjutkan
percobaan Spallanzani dengan percobaan berbagai mikroorganisme. akhirnya ia
berkesimpulan bahwa harus ada kehidupan sebelumnya, agar tumbuh kehidupan yang
baru atau disebut omne vivum ex vivo. Teori ini
disebut juga teori Biogenesis dengan konsep dasar bahwa yang hidup itu
tentu berasal dari yang hidup juga. Dengan teori biogenesis ini maka teori
abiogenesis ditinggalkan orang. Akan tetapi dengan demikian asal mula kehidupan
mulai kembali menjadi masalah yang belum terungkap, namun hampir semua para
ahli sependapat bahwa asal mula kehidupan itu timbul di bumi kita ini, bukan
dari angkasa luar.
10. Teori Urey (Amerika)
Harold Urey (1893) seorang
ahli kimia dari Amerika Serikat mengemukakan bahwa atmosfer bumi pada awal
mulanya kaya akan gas-gas metana (CH4), amoniak (NH3), hidrogen (H2) dan air
(H2O). Zat-zat itu merupakan unsur-unsur penting yang terdapat dalam tubuh
makhluk hidup. Diduga karena adanya energi dari aliran listrik halilintar dan
radiasi sianr kosmos unsur-unsur itu mengadakan reaksi-reaksi kimia membentuk
zat-zat hidup. Zat hidup yang mula-mula terbentuk kira-kira sama dengan keadaan
virus yang kita kenal sekarang. Zat itu berjuta-juta tahun berkembang menjadi
berbagai jenis organisme.
11. Teori Oparis Haldane
Alenxande I. Oparin (Rusia), ahli biologi Rusia mempublikasikan tentang asal mula kehidupan ,
Rangkuman pendapat itu adalah jasad hidup terbentuk dari senyawa kimiawi
dalam laut pada saat atmosfer bumi belum mengandung oksigen bebas . Senyawa
terebut ( asam Amino sederhana , Purin , basa pirimidin serta senyawa senyawa
golongan gula , kemudian terbentuk pula senyawa polipedia asam- asam polinuleat
dan polisakarida yang semuanya terbntuk berkat bantuan sinaqr ultraviolet ,
kilatan listrik , panas dan radiasi
Jasad Hidup Pertama disebut
protobion , yang hidup dalam laut kira-kira 5-10 meter dibwah permukaan laut .
Ditempat itulah mereka terhindar dari sinar ultraviolet intensitas tinggi dan sinar matahari yang
mematikan . Ketika jasad hidup berkembang menjadi lebih sempurna dan mampu memproduksi oksigen maka
lama kelamaan terdapat lapisan pelindung berupa Ozon di atmosfer bumi kemudian
, kehidupan merayap di pantai dan akhirnya memenuhi daratan Teori ini kembali ke teori Generatio Spontane tapi melalui
proses evolusi ratusan juta tahun lamanya. Oparin berpendapat bahwa di
atmosfer terkandung uap air (H2O), metana (CH4), amonia
(NH3), hidrogen (H2), nitrogen (N3), dan
sianogen (CNO). Uap air di atmosfer lama-kelamaan mengembun dan mengumpul di
atmosfer sehingga menjadi berat dan jatuh ke bumi sebagai hujan lebat yang
disetai halilintar. Pada waktu hujan lebat, senyawa-senyawa gas yang ada di
atmosfer banyak yang larut dan bereaksi di dalam air hujan membentuk senyawa
organik sederhana (penyusun kehidupan) yang ikut jatuh ke bumi.
12.
Stanley Miller (Amerika)
Miller adalah murid Urey yang menguji teori Urey dengan percobaan tabung
saluran yang diisi ua air, metana, amonia, dan hidrogen yang kemudian dialiri
listrik bertegangan tinggi. Setelah seminggu Miller menampung zat yang
terbentuk, ternyata zat tersebut adalah asam amino. Asam amino merupakan bahan
penyusun protein pembentuk protoplasma sebagai dasar kehidupan.
13. Asal Mula Kehidupan di Bumi
berdasarkan Zaman Pembentukan Bumi
Masa
Arkeozoikum (4,5 – 2,5 milyar tahun lalu)
Arkeozpoikum artinya Masa Kehidupan Purba, Masa Arkeozoikum (Arkean)
merupakan masa awal pembentukan batuan kerak bumi yang kemudian berkembang
menjadi protokontinen. Batuan masa ini ditemukan di beberapa bagian
dunia yang lazim disebut kraton/perisai benua.Masa ini adalah masa pembentukan kerakbumi. Jadi kerakbumi terbentuk setelah
pendinginan bagian tepi dari “balon bumi” (bakal calon bumi). Plate tectonic
/ Lempeng tektonik yang menyebabkan gempa itu terbentuk pada masa ini.
Lingkungan hidup mas itu tentunya mirip dengan lingkungan disekitar mata-air
panas.
Batuan tertua tercatat berumur kira-kira 3.800.000.000 tahun. Masa ini juga
merupakan awal terbentuknya Indrosfer dan Atmosfer serta awal muncul kehidupan primitif
di dalam samudera berupa mikro-organisma (bakteri dan ganggang). Fosil
tertua yang telah ditemukan adalah fosil Stromatolit dan Cyanobacteria dengan
umur kira-kira 3.500.000.000 tahun.
Masa Proterozoikum (2,5 milyar – 290 juta tahun lalu)
Proterozoikum artinya masa kehidupan awal. Masa Proterozoikum merupakan
awal terbentuknya hidrosfer dan atmosfer. Pada masa ini kehidupan mulai
berkembang dari organisme bersel tunggal menjadi bersel banyak (enkaryotes dan
prokaryotes). Enkaryotes ini akan menjadi tumbuhan dan prokaryotes
nantinya akan menjadi binatang.
Menjelang
akhir masa ini organisme lebih kompleks, jenis invertebrata bertubuh lunak
seperti ubur-ubur, cacing dan koral mulai muncul di laut-laut dangkal, yang
bukti-buktinya dijumpai sebagai fosil sejati pertama.
Masa Arkeozoikum dan Proterozoikum bersama-sama dikenal sebagai masa
Pra-Kambrium.
Zaman Kambrium (590-500 juta tahun lalu)
Kambrium berasal dari kata “Cambria” nama latin untuk daerah Wales
di Inggeris sana, dimana batuan berumur kambrium pertama kali dipelajari. Banyak hewan invertebrata mulai muncul pada zaman Kambrium. Hampir seluruh
kehidupan berada di lautan. Hewan zaman ini mempunyai kerangka luar dan
cangkang sebagai pelindung. Fosil yang umum dijumpai dan penyebarannya luas
adalah, Alga, Cacing, Sepon, Koral, Moluska, Ekinodermata, Brakiopoda dan
Artropoda (Trilobit). Sebuah daratan yang disebut
Gondwana (sebelumnya pannotia) merupakan cikal bakal Antartika, Afrika, India,
Australia, sebagian Asia dan Amerika Selatan. Sedangkan Eropa, Amerika Utara,
dan Tanah Hijau masih berupa benua-benua kecil yang terpisah.
Zaman Ordovisium (500 – 440 juta tahun lalu)
Zaman
Ordovisium dicirikan oleh munculnya ikan tanpa rahang (hewan bertulang belakang
paling tua) dan beberapa hewan bertulang belakang yang muncul pertama kali
seperti Tetrakoral, Graptolit, Ekinoid (Landak Laut), Asteroid (Bintang Laut),
Krinoid (Lili Laut) dan Bryozona. Koral dan
Alga berkembang membentuk karang, dimana trilobit dan Brakiopoda mencari
mangsa. Graptolit dan Trilobit melimpah, sedangkan Ekinodermata dan Brakiopoda
mulai menyebar. Meluapnya Samudra dari Zaman Es merupakan bagian peristiwa dari
zaman ini. Gondwana dan benua-benua lainnya mulai menutup celah samudera yang
berada di antaranya.
Zaman Silur (440 – 410 juta tahun lalu)
Zaman silur merupakan waktu peralihan kehidupan dari air ke darat. Tumbuhan
darat mulai muncul pertama kalinya termasuk Pteridofita (tumbuhan paku).
Sedangkan Kalajengking raksasa (Eurypterid) hidup berburu di dalam laut. Ikan
berahang mulai muncul pada zaman ini dan banyak ikan mempunyai perisai tulang
sebagai pelindung. Selama zaman Silur, deretan pegunungan mulai terbentuk
melintasi Skandinavia, Skotlandia dan Pantai Amerika Utara
Zaman Devon (410-360 juta tahun lalu)
Zaman Devon merupakan zaman perkembangan besar-besaran jenis ikan dan
tumbuhan darat. Ikan berahang dan ikan hiu semakin aktif sebagai pemangsa di
dalam lautan. Serbuan ke daratan masih terus berlanjut selama zaman ini. Hewan
Amfibi berkembang dan beranjak menuju daratan. Tumbuhan darat semakin umum dan
muncul serangga untuk pertama kalinya. Samudera menyempit sementara, benua
Gondwana menutupi Eropa, Amerika Utara dan Tanah Hijau (Green Land).
Zaman Karbon (360 – 290 juta tahun lalu)
Reptilia muncul pertama kalinya dan dapat meletakkan telurnya di luar air.
Serangga raksasa muncul dan ampibi meningkat dalam jumlahnya. Pohon pertama
muncul, jamur Klab, tumbuhan ferm dan paku ekor kuda tumbuh di rawa-rawa
pembentuk batubara. Pada zaman ini benua-benua di muka bumi menyatu membentuk
satu masa daratan yang disebut Pangea, mengalami perubahan lingkungan untuk
berbagai bentuk kehidupan. Di belahan bumi utara, iklim tropis menghasilkan secara besar-besaran, rawa-rawa yang berisi dan sekarang
tersimpan sebagai batubara.
Zaman Perm (290 -250 juta tahun lalu)
“Perm” adalah nama sebuah propinsi tua di dekat pegunungan Ural, Rusia.
Reptilia meningkat dan serangga modern muncul, begitu juga tumbuhan konifer dan Grikgo primitif. Hewan Ampibi menjadi kurang begitu berperan. Zaman perm diakhiri dengan kepunahan micsa dalam skala besar, Tribolit, banyak koral dan ikan menjadi punah. Benua Pangea bergabung bersama dan bergerak sebagai satu massa daratan, Lapisan es menutup Amerika Selatan, Antartika, Australia dan Afrika, membendung air dan menurunkan muka air laut. Iklim yang kering dengan kondisi gurun pasir mulai terbentuk di bagian utara bumi.
Reptilia meningkat dan serangga modern muncul, begitu juga tumbuhan konifer dan Grikgo primitif. Hewan Ampibi menjadi kurang begitu berperan. Zaman perm diakhiri dengan kepunahan micsa dalam skala besar, Tribolit, banyak koral dan ikan menjadi punah. Benua Pangea bergabung bersama dan bergerak sebagai satu massa daratan, Lapisan es menutup Amerika Selatan, Antartika, Australia dan Afrika, membendung air dan menurunkan muka air laut. Iklim yang kering dengan kondisi gurun pasir mulai terbentuk di bagian utara bumi.
Zaman Trias (250-210 juta tahun lalu)
Gastropoda dan Bivalvia meningkat jumlahnya, sementara amonit menjadi umum.
Dinosaurus dan reptilia laut berukuran besar mulai muncul pertama kalinya
selama zaman ini. Reptilia menyerupai mamalia pemakan daging yang disebut
Cynodont mulai berkembang. Mamalia pertamapun mulai muncul saat ini. Dan ada
banyak jenis reptilia yang hidup di air, termasuk penyu dan kura-kura. Tumbuhan
sikada mirip palem berkembang dan Konifer menyebar. Benua Pangea bergerak ke
utara dan gurun terbentuk. Lembaran es di bagian selatan mencair dan
celah-celah mulai terbentuk di Pangea.
Zaman Jura (210-140 juta tahun lalu)
Pada zaman ini, Amonit dan Belemnit sangat umum. Reptilia
meningkat jumlahnya. Dinosaurus menguasai daratan, Ichtiyosaurus berburu
di dalam lautan dan Pterosaurus merajai angkasa. Banyak dinosaurus
tumbuh dalam ukuran yang luar biasa. Burung sejati pertama (Archeopterya)
berevolusi dan banyak jenis buaya berkembang. Tumbuhan Konifer menjadi umum,
sementara Bennefit dan Sequola melimpah pada waktu ini. Pangea terpecah dimana Amerika Utara memisahkan diri dari Afrika sedangkan
Amerika Selatan melepaskan diri dari Antartika dan Australia. Zaman ini merupakan zaman yang paling menarik anak-anak setelah difilmkannya
Jurrasic Park.
Zaman Kapur (140-65 juta tahun lalu)
Banyak dinosaurus raksasa dan reptilia terbang hidup pada zaman ini.
Mamalia berari-ari muncul pertama kalinya. Pada akhir zaman ini Dinosaurus,
Ichtiyosaurus, Pterosaurus, Plesiosaurus, Amonit dan Belemnit punah. Mamalia
dan tumbuhan berbunga mulai berkembang menjadi banyak bentuk yang berlainan.
Iklim sedang mulai muncul. India terlepas jauh dari Afrika menuju Asia. zaman
ini adalah zaman akhir dari kehidupan biantang-binatang raksasa.
Zaman Tersier (65 – 1,7 juta tahun lalu)
Pada zaman tersier terjadi perkembangan jenis kehidupan seperti munculnya
primata dan burung tak bergigi berukuran besar yang menyerupai burung unta,
sedangkan fauna laut sepert ikan, moluska dan echinodermata sangat mirip dengan
fauna laut yang hidup sekarang. Tumbuhan berbunga pada zaman Tersier terus
berevolusi menghasilkan banyak variasi tumbuhan, seperti semak belukar,
tumbuhan merambat dan rumput.Pada zaman Tersier – Kuarter, pemunculan dan
kepunahan hewan dan tumbuhan saling berganti seiring dengan perubahan cuaca
secara global
Zaman Kuarter (1,7 juta tahun lalu – sekarang)
Zaman Kuarter terdiri dari kala Plistosen dan Kala Holosen. Kala Plistosen
mulai sekitar 1,8 juta tahun yang lalu dan berakhir pada 10.000 tahun yang
lalu. Kemudian diikuti oleh Kala Holosen yang berlangsung sampai sekarang.Pada
Kala Plistosen paling sedikit terjadi 5 kali jaman es (jaman glasial). Pada
jaman glasial sebagian besar Eropa, Amerika utara dan Asia bagian utara
ditutupi es, begitu pula Pegunungan Alpen, Pegunungan Cherpatia dan Pegunungan
Himalaya Di antara 4 jaman es ini terdapat jaman Intra Glasial, dimana iklim
bumi lebih hangat.
Manusia purba jawa (Homo erectus yang dulu disebut Pithecanthropus erectus)
muncul pada Kala Plistosen. Manusia Modern yang mempunyai peradaban baru muncul
pada Kala Holosen. Flora dan fauna yang hidup pada Kala Plistosen sangat mirip
dengan flora dan fauna yang hidup sekarang.
1.2 Teori Biogenesis
dan Teori Abiogenesis
1.2.1 Teori Abiogenesis
Tokoh teori Abiogenesis adalah
Aristoteles (384-322 SM). Dia adalah seorang filosof dan tokoh ilmu pengetahuan
Yunani Kuno. Teori Abiogenesis ini menyatakan bahwa makhluk hidup yang pertama
kali menghuni bumi ini berasal dari benda mati. Sebenarnya Aristoteles
mengetahui bahwa telur-telur ikan apabila menetas akan menjadi ikan yang
sifatnya sama seperti induknya. Telur-telur tersebut merupakan hasil perkawinan
dari induk-induk ikan. Walau demikian, Aristoteles berkeyakinan bahwa ada ikan
yang berasal dari Lumpur.
Paham abiogenesis menyatakan bahwa makhluk
hidup tersebut terjadi begitu saja atau secara spontan. Oleh sebab itu, paham atau
teori abiogenesis ini disebut juga paham generation spontaneae. Jadi, kalau
pengertian abiogenesis dan generation spontanea kita gabungkan, mak pendapat
paham tersebut adalah makhluk hidup yang pertama kali di bumi tersebut dari
benda mati / tak hidup yang terkjadinya secara spontan, misalnya :
a. Ikan dan katak berasal dari Lumpur.
b. Cacing berasal dari tanah, dan
c. Belatung berasal dari daging yang membusuk.
a. Ikan dan katak berasal dari Lumpur.
b. Cacing berasal dari tanah, dan
c. Belatung berasal dari daging yang membusuk.
Paham abiogenesis bertahan cukup
lama, yaitu semenjak zaman Yunani Kuno (Ratusan Tahun Sebelum Masehi) hingga
pertengahan abad ke-17.
Pada pertengahan abad ke-17, Antonie Van Leeuwenhoek menemukan mikroskop sederhana yang dapat digunakan untuk mengamati benda-benda aneh yang amat kecil yang terdapat pada setetes air rendaman jerami. Oleh para pendukung paham abiogenesis, hasil pengamatan Antonie Van Leeuwenhoek ini seolah-olah memperkuat pendapat mereka
Pada pertengahan abad ke-17, Antonie Van Leeuwenhoek menemukan mikroskop sederhana yang dapat digunakan untuk mengamati benda-benda aneh yang amat kecil yang terdapat pada setetes air rendaman jerami. Oleh para pendukung paham abiogenesis, hasil pengamatan Antonie Van Leeuwenhoek ini seolah-olah memperkuat pendapat mereka
1.2.2 Teori Biogenesis
Walaupun telah bertahan selama
ratusan tahun, tidak semua orang membenarkan paham abiogenesis. Orang -orang
yang ragu terhadap kebenaran paham abiogenesis tersebut terus mengadakan
penelitian memecahkan masalah tentang awal mula kehidupan. Orang-orang yang
tidak puas terhadap pandangan Abiogenesis itu antara lain Francesco Redi
(Italia, 1626-1799), dan Lazzaro Spallanzani ( Italia, 1729-1799), dan Louis
Pasteur (Prancis, 1822-1895). Beredasarkan hasil penelitian dari tokoh-tokoh
ini, akhirnya paham Abiogenesis / generation spontanea menjadi pudar karena
paham tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
a) Percobaan Francesco Redi (1626-1697)
Untuk
menjawab keragu-raguannya terhadap paham abiogenesis, Francesco Redi mengadakan
percobaan. Pada percobaannya Redi menggunakan bahan tiga kerat daging dan tiga
toples. Percobaan Redi selengkapnya adalah sebagai berikut:
• Stoples I : diisi dengan sekerat daging, ditutup rapat-rapat.
• Stoples II : diisi dengan sekerat daging, dan dibiarkan tetap terbuka.
• Stoples III : disi dengan sekerat daging, dibiarkan tetap terbuka.
Selanjutnya ketiga stoples tersebut diletakkan pada tempat yang aman. Setelah beberapa hari, keadaan daging dalam ketiga stoples tersebut diamati. Dan hasilnya sebagai berikut:
• Stoples I : daging tidak busuk dan pada daging ini tidak ditemukan jentik / larva atau belatung lalat.
• Stoples II : daging tampak membusuk dan didalamnya ditemukan banyak larva atau belatung lalat.
• Stoples I : diisi dengan sekerat daging, ditutup rapat-rapat.
• Stoples II : diisi dengan sekerat daging, dan dibiarkan tetap terbuka.
• Stoples III : disi dengan sekerat daging, dibiarkan tetap terbuka.
Selanjutnya ketiga stoples tersebut diletakkan pada tempat yang aman. Setelah beberapa hari, keadaan daging dalam ketiga stoples tersebut diamati. Dan hasilnya sebagai berikut:
• Stoples I : daging tidak busuk dan pada daging ini tidak ditemukan jentik / larva atau belatung lalat.
• Stoples II : daging tampak membusuk dan didalamnya ditemukan banyak larva atau belatung lalat.
Berdasarkan
hasil percobaan tersebut, Francesco redi menyimpulkan bahwa larva atau belatung
yang terdapat dalam daging busuk di stoples II dan III bukan terbentuk dari
daging yang membusuk, tetapi berasal dari telur lalat yang ditinggal pada
daging ini ketika lalat tersebut hinggap disitu. Hal ini akan lebih jelas lagi,
apabila melihat keadaan pada stoples II, yang tertutup kain kasa. Pada kain
kasa penutupnya ditemukan lebih banyak belatung, tetapi pada dagingnya yang
membusuk belatung relative sedikit.
b) Percobaan Lazzaro Spallanzani ( 1729-1799)
Seperti
halnya Francesco Redi, Spallanzani juga menyangsikan kebenaran paham
abiogeensis. Oleh karena itu, dia mengadakan percobaan yang pada prinsipnya
sama dengan percobaan Francesco Redi, tetapi langkah percobaan Spallanzani
lebih sempurna. Sebagai bahan percobaannya,
Spallanzani menggunakan air kaldu atau air rebusan daging dan dua buah labu.
Adapun percoban yang yang dilakukan Spallanzani selengkapnya adalah sebagai
berikut:
Labu I : diisi air 70 cc air kaldu, kemudian dipanaskan 15°C selama beberapa menit dan dibiarkan tetap terbuka.
Labu II : diisi 70 cc air kaldu, ditutup rapat-rapat dengan sumbat gabus. Pada daerah pertemuan antara gabus dengan mulut labu diolesi paraffin cair agar rapat benar. Selanjutnya, labu dipanaskan.selanjutnay, labu I dan II didinginkan. Setelah dingin keduanya diletakkan pada tempat terbuka yang bebas dari gangguan hewan dan orang. Setelah lebih kurang satu minggu, diadakan pengamatan terhadap keadaan air kaldu pada kedua labu tersebut.
Labu I : diisi air 70 cc air kaldu, kemudian dipanaskan 15°C selama beberapa menit dan dibiarkan tetap terbuka.
Labu II : diisi 70 cc air kaldu, ditutup rapat-rapat dengan sumbat gabus. Pada daerah pertemuan antara gabus dengan mulut labu diolesi paraffin cair agar rapat benar. Selanjutnya, labu dipanaskan.selanjutnay, labu I dan II didinginkan. Setelah dingin keduanya diletakkan pada tempat terbuka yang bebas dari gangguan hewan dan orang. Setelah lebih kurang satu minggu, diadakan pengamatan terhadap keadaan air kaldu pada kedua labu tersebut.
Hasil percobaannya adalah sebagai berikut:
• Labu I : air kaldu mengalami perubahan, yaitu airnya menjadi bertambah keruh dan baunya menjadi tidak enak. Setelah diteliti ternyata air kaldu pada labu I ini banyak mengandung mikroba.
• Labu II : air kaldu labu ini tidak mengalami perubahan, artinya tetap jernih seperti semula, baunya juga tetap serta tidak mengandung mikroba. Tetapi, apabila labu ini dibiarkan terbuka lebih lama lagi, ternyata juga banyak mengandung mikroba, airnya berubah menjadi lebih keruh serta baunya tidak enak (busuk).
• Labu I : air kaldu mengalami perubahan, yaitu airnya menjadi bertambah keruh dan baunya menjadi tidak enak. Setelah diteliti ternyata air kaldu pada labu I ini banyak mengandung mikroba.
• Labu II : air kaldu labu ini tidak mengalami perubahan, artinya tetap jernih seperti semula, baunya juga tetap serta tidak mengandung mikroba. Tetapi, apabila labu ini dibiarkan terbuka lebih lama lagi, ternyata juga banyak mengandung mikroba, airnya berubah menjadi lebih keruh serta baunya tidak enak (busuk).
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Lazzaro Spallanzani menyimpulkan
bahwa mikroba yang ada didalam kaldu tersebut bukan berasal dari air kaldu
(benda mati), tetapi berasal dari kehidupan diudara. Jadi, adanya
pembusukan karena telah terjadi kontaminasi mikroba darimudara ke dalam air
kaldu tersebut. Pendukung paham Abiogenesis
menyatakan keberatan terhadap hasil eksperimen Lazzaro Spallanzani tersebut.
Menurut mereka untuk terbentuknya mikroba (makhluk hidup) dalam air kaldu
diperlukan udara. Dengan pengaruh udara tersebut terjadilah generation
spontanea.
c) Percobaan Louis Pasteur (1822-1895)
Menjawab
keraguannya terhadap paham abiogenesis. Pasteur melaksanakan percobaan untuk
menyempurnakan percobaan Lazzaro Spallanzani. Dalam percobaanya, Pasteur
menggunakan bahan air kaldu dengan alat labu. Langkah-langkah percobaan Pasteur
selengkapnya adalah sebagai berikut:
Langkah I : labu disi
70 cc air kaldu, kemudian ditutup rapat-rapat dengan gabus. Celah antara gabus
dengan mulut labu diolesi dengan paraffin cair.
Setelah itu pada gabus tersebut dipasang pipa kaca berbentuk leher angsa. Lalu, labu dipanaskan atau disterilkan.
Setelah itu pada gabus tersebut dipasang pipa kaca berbentuk leher angsa. Lalu, labu dipanaskan atau disterilkan.
Langkah II :
selanjutnya labu didinginkan dan diletakkan ditempat yang aman. Setelah
beberapa hari, keadaan air kaldu diamati. Ternyata air kaldu tersebut tetep
jernih dan tidak mengandung mikroorganisme.
Langkah III : labu yang
air kaldu didalamnya tetap jernih dimiringkan sampai air kaldu didalamnya
mengalir kepermukaan pipa hingga bersentuhan dengan udara. Setelah itu labu
diletakkan kembali pada tempat yang aman selama beberapa hari. Kemudian keadaan
air kaldu diamati lagi. Ternyata air kaldu didalam labu meanjadi busuk dan
banyak mengandung mikroorganisme.
Melaui
pemanasan terhadap perangkat percobaanya, seluruh mikroorganisme yang terdapat
dalam air kaldu akan mati. Disamping itu, akibat lain dari pemanasan adalah terbentuknya
uap air pada pipa kaca berbentuk leher angsa. Apabila perangkat percobaan
tersebut didinginkan, maka air pada pipa akan mengembun dan menutup lubang pipa
tepat pada bagian yang berbentuk leher. Hal ini akan menyebabkan terhambatnya
mikroorganisme yang bergentayangan diudara untuk masuk kedalam labu. Inilah
yang menyebabkan tetap jernihnya air kaldu pada labu tadi. Pada saat
sebelum pemanasan, udara bebas tetap dapat berhubungan dengan ruangan dalam
labu. Mikroorganisme yang masuk bersama udara akan mati pada saat pemanasan air
kaldu. Setelah labu
dimiringkan hingga air kaldu sampai kepern\mukan pipa, air kaldu itu akan
bersentuhan dengan udara bebas. Disini terjadilah kontaminasi mikroorganisme.
Ketika labu dikembalikan keposisi semula (tegak), mikroorganisme tadi ikut
terbawa masuk. Sehingga, setelah labu dibiarkan beberapa beberapa waktu air
kaldu menjadi akeruh, karena adanya pembusukan oleh mikrooranisme tersebut.
Dengan demikian terbuktilah ketidak benaran paham Abiogenesis atau generation spontanea,
yangmenyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati yang terjadi secara
spontan.
Berdasarkan
hasil percobaan Redi, Spallanzani, dan Pasteur tersebut, maka tumbanglah paham
Abiogenesis, dan munculah paham/teori baru tentang awal mulamakhluk hidup yang
dikenal dengan teori Biogenesis. Teori itu menyatakan :
a. omne vivum ex ovo = setiap makkhluk hidup berasal dari telur.
b. Omne ovum ex vivo = setiap telur berasal dari makhluk hidup, dan
c. Omne vivum ex vivo – setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya.
a. omne vivum ex ovo = setiap makkhluk hidup berasal dari telur.
b. Omne ovum ex vivo = setiap telur berasal dari makhluk hidup, dan
c. Omne vivum ex vivo – setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya.
Walaupun Louis Pasteur dengan percobaannya telah berhasil menumbangkan
paham Abiogenesis atau generation spontanea dan sekaligus mengukuhkan paham
Biogenesis, belum berarti bahwa masalah bagaimana terbentuknya makhluk hidup
yang pertama kali terjawab.
Disamping teori Abiogenesis dan
Biogenesis, masih ada lagi beberapa teori tentang awal mulakehidupan yang
dikembangkan pleh beberapa Ilmuwan, diantaranya adalah sebagai berikut
a. Teori kreasi khas, yang menyatakan bahwa kehidupan diciptakan oleh zat supranatural (Ghaib) pada saat yang istimewa.
b. Teori Kosmozoan, yang menyatakan bahwa kehidupan yang ada di planet ini berasal dari mana saja.
c. Teori Evolusi Kimia, yang menyatakan bahwa kehidupan didunia ini muncul berdasarkan hukum Fisika Kimia.
d. Teori Keadaan Mantap, menyatakan bahwa kehidupan tidak berasal usul.
a. Teori kreasi khas, yang menyatakan bahwa kehidupan diciptakan oleh zat supranatural (Ghaib) pada saat yang istimewa.
b. Teori Kosmozoan, yang menyatakan bahwa kehidupan yang ada di planet ini berasal dari mana saja.
c. Teori Evolusi Kimia, yang menyatakan bahwa kehidupan didunia ini muncul berdasarkan hukum Fisika Kimia.
d. Teori Keadaan Mantap, menyatakan bahwa kehidupan tidak berasal usul.
C. EVOLUSI
1. Teori Evolusi pada
Makhluk Hidup
Istilah
evolusi berasal dari bahasa Latin Evolver
yang berarti muncul perlahan atau berkembang perlahan. Saat ini istilah evolusi
lebih di pahami sebagai perubahan sesuatu yang bersifat permanen. Artinya
perubahan tersebut tidak dapat lagi dikembalikan kepada keadaan semula.
Perubahan membutuhkan waktu, dan waktunya sangat panjang.
Evolusi
dapat terjadi pada mahkluk hidup ataupun benda mati. Sehingga dapat dikatakan
ada evolusi bintang, evolusi kimia, dan evolusi binatang serta tumbuh-tumbuhan.
Dari pengamatan para ahli yang mencoba menjawab pertanyaan - pertanyaan tentang
dari mana makhluk hidup berasal, dimana dan kapan makhluk hidup muncul dipahami
adanya aturan yang menjadi dasar bagi setiap perubahan. Aturan tersebutlah yang
biasa disebut teori evolusi. Ahli lain kadang-kadang menyebutnya Teori Descenden.
Penelitian
penelitian yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang asal usul makhluk
hidup tersebut antara lain menyangkut bagaimana munculnya organ, perubahan
populasi, perubahan jenis dan perubahan komunitas. Saat ini peneliti lebih
banyak mencoba menerangkan setiap tampilan biologi dari sudut pandang evolusi.
Misalnya kenapa terdapat perbedaan golongan darah pada manusia, ada manusia
yang berkulit hitam dan yang berkulit putih. Dengan demikian hampir seluruh
penelitian di bidang biologi menggunakan cara pandang evolusi untuk menjelaskan
fenomena biologi yang diamati.
Dalam
upaya untuk menjawab pertanyaan tentang asal usul tersebut ditemukan organ,
organel, karakter, kromosom, asam nukleat dan senyawa lain yang kemudian
menjadi dasar untuk pengembangan ilmu baru di bidang biologi. Dapat dikatakan
berkat cara pandang dan pola pikir evolusi lah perkembangan biologi sebagai
cabang ilmu menjadi seperti saat ini.
Sesungguhnya
pemikiran tentang evolusi dapat dirujuk dari perkembangan awal ilmu pengetahuan
dimasa Yunani Purba. Pemikiran Aristoteles tentang asal mula makhluk hidup yang
dikenal dengan teori Abiogenesis dapat dikatakan awal pemikiran evolusi.
Dilanjutkan kemudian dengan para ilmuwan Muslim Ibn Rusyd, Ibnu Al awwam dan
lain lain pada Abad ke 11 dan 12. Selanjutnya nama- nama seperti Carl van Linne
( Linneaus) , Cuvier, dan Lamarck pada awal abad ke19 telah menyumbangkan
pengetahuan yang berarti bagi perkembangan teori evolusi.
Sampai
saat ini dalam tulisan-tulisan ilmiah baik yang berupa buku maupun jurnal
ditemukan berbagai teori tentang asal mula makhluk hidup. Untuk lebih
memudahkan pemahaman dilakukan penyederhanaan dan pengelompokan teori-teori
sebagai berikut:
a. Teori
Abiogenesis
Dikemukakan
oleh Aristoteles yang berpendapat bahwa mahkuk hidup berasal dari benda mati.
Lebih jauh berarti makhluk hidup berasal dari sesuatu yang tidak hidup. Makhluk
hidup terbentuk secara spontan, sehingga dalam bahasa Inggris biasa disebut
Spontaeous Generation. Teori ini kemudian di bantah oleh sejumlah eksperimen
oleh beberapa ahli seperti Francesco Redi ( 1626 – 1697) dan Louis Pasteur
(1822- 1895).
b. Teori Biogenesis
Teori
ini beranggapan bahwa sebuah kehidupan berasal dari sebuah kehidupan yang sudah
ada sebelumnya Namun tentu saja penjelasan ini belum memuaskan, mengingat
pertanyaan dari mana datangnya mahkluk hidup yang pertama tersebut belum
terjawab.
c. Teori Urey
Teori ini
berpendapat bahwa makhluk hidup berasal dari bahan-bahan kimia melalui radiasi
sinar kosmis. Teori ini disempurnakan oleh Stanley Miller dan A.I. Oparin. Jadi
menurut teori ini makhluk hidup berasal dari bahan kimia. Sesuai dengan evolusi
kimia kemungkinan bahan awal tersebut adalah senyawa anorganik sederhana yang
berevolusi menjadi senyawa organic sampai terbentuknya makromolekul seperti
yang banyak dijumpai dalam tubuh mahkluk hidup. Jika dicermati lebih jauh teori
ini sesungguhnya dapat dikatakan sebagai teori Abiogenesis yang ditambahkan
dengan keterangan bahwa bahan kimia sebagai asal dari makhluk hidup.
Melalui
penelitian-penelitian lanjutan semakin banyak bukti untuk berpendapat bahwa
makhluk hidup berasal dari benda mati yakni bahan kimia. Mungkin teori ini bisa
disebut dengan nama Teori Neoabiogenesis, artinya neoabiogenesis yang baru.
d. Teori Lamarck.
Menurut
Lamarck perubahan organ pada mahkluk terkait dengan pemanfaatan organ tersebut.
Organ yang dipergunakan dengan cara terentu akan menghasilkan bentuk organ
tertentu pula. Misalnya jerapah berleher panjang karena nenek moyang mereka
dulu suka menjulurkan leher untuk mencapai daun dari pohon pohon yang agak
tinggi, Semakin tinggi daun yang akan dijangkau maka akan makin panjang pula
leher jerapah. Sebaliknya bila organ tidak digunakan maka organ tersebut akan
mereduksi. Menurut Lamarck kehilangan kaki pada ular terjadi karena tidak
dipergunakan. Teori ini dibantah oleh banyak ahli.
e. Teori Darwin
Menurut
Darwin perubahan organ terjadi karena seleksi alam. Menurut Darwin makhluk
hidup mengahasilkan banyak keturunan, bahkan lebih banyak dari yang diperlkan
untuk mempertahankan kelestarian jenis. Sementara tempat hidup yang cocok untuk
keturunan tersebut tidak bertambah. Keturunan yang dihasilkan dari pasangan
induk yang sama justru tudak persis sama. Artinya ada variasi. Karena adanya
jumlah individu yang banyak dan ruang yang tetap maka individu-individu yang
mempunyai keuntungan variasi akan lebih mudah bertahan dan berkembang .
Individu lain yang karakternya tidak cocok dengan lingkungan tentu sulit untuk
bertahan. Situasi inilah yang disebut oleh Darwin dengan seleksi alam. Berarti
selalu dari waktu kewaktu terjadi perubahan menuju penyempurnaan karakter
supaya lebih dapat bertahan. Perubahan tersebut dapat menghasilkan jenis jenis
yang berbeda dari nenek moyangnya sehingga dapt dianggap sebagai suatu jenis
tersendiri.
f. Teori Sintesis
Teori
yang berkembang saat ini untuk menjelaskan mekanisme evolusi disebut teori
sintesis sebab teori ini merupakan sintesis dari berbagai disiplin ilmu. Yang
terpenting adalah genetika dan genetika populasi. Menurut teori ini bukan
individu yang berevolusi tetapi populasi. Populasi dengan lingkungan tertentu
akan mengalami perubahan genetis yang satu ketika diwariskan pada generasi
berikut. Perubahan genetis bisa saja terjadi selain karena keuntungan seleksi
tapi juga karena mutasi. Mutasi berarti ada perubahan gen dari suatu individu.
2.
Membedakan
Perubahan pada Makhluk Hidup yang disebabkan Adaptasi dan Seleksi Alam
2.1 Evolusi
Dalam
kajian biologi berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi
organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Perubahan-perubahan ini di sebabkan oleh kombinasi tiga proses utama : variasi,
reproduksi dan seleksi. Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi dibawa oleh gen
yang di wariskan kepada keturunan suatu makhluk hidup dan menjadi bervariasi
dalam suatu populasi. Ketika organisme berproduksi, keturunannya akan mempunyai
sifat-sifat yang baru. Sifat baru dapat diperoleh dari perubahn gen akibat
mutasi ataupun transfer gen antar populasidan antar spesies. Pada spesies yang
berproduksi secara seksual kombinasi gen yang baru juga di hasilkan oleh
rekombinasi genetika yang dapat meningkatkan variasi antar organisme. Evolusi
terjadi ketika perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi lebih umum atau
langka dalam suatu populasi.
2.2 Adaptasi
Adaptasi
adalah kemampuan atau kecenderungan makhluk hidup dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungan baru dapat tetap hidup dengan baik.
Adaptasi
terdapat beberapa macam, diantara nya sebagia berikut :
1.
Adaptasi Morfologi
Adaptasi
morfologi adalah penyesuain yang dipengaruhi pada organ tubuh yang di sesuaikan
dengan kebutuhan organisme hidup. misalnya seperti gigi singa, harimau, citah,
macan, da sebagainya yang runcing dan tajam untuk makan daging. Sedangkan pada
gigi sapi, kambing, kerbau, biri-biri domba dan lain sebagainya tidak runcing
dan tajam karena giginya lebih bnayak di gunakan untuk memotong rumput atau
daun dan mengunyah makanan.
2.
Adaptasi Fisiologi
Adaptasi
fisiologi adalah penyesuaian yang di pengaruhi lingkungan sekitar yang
menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup
dengan baik. Contoh adaptasi adalah seperti pada binatang atau hewan onta yang
punya kandungan air di punuknya untuk menyimpan air agar tahan tidak minum di
padang pasir dalam jangka waktu yang lama serta pada anjing laut yang memiliki
lapisan lemak yang tebal untuk bertahan di daerah dingin.
3.
Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi
tingkah laku adalah penyesuain makhluk hidup pada tingkah laku atau perilaku
terhadap lingkungannya seperti pada binatang bunglon yang dapat berubah warna
kulit sesuai dengan warna yang ada pada lingkungan sekitarnya dengan tujuan
untuk menyembunyikan diri dari mangsanya.
2.3 Seleksi alam
Seleksi
alam adalah kemampuan alam untuk menyaring terhadap semua organisme yang hidup
di dalamnya. Dimana hanya organisme yang mampu menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya yang akan selamat. Sedangkan yang tidak mampu menyesuaikan diri
akan mati atau punah.
1.
Contoh
Makhluk Hidup yang mengalami Seleksi Alam, Adaptasi, dan Evolusi
.3.1 Cicak Afrika Holaspis guentheri
Yang
mengembangkan bentuk kepala yang sangat pipih untuk dapat bersembunyi di
celah-celah retakan, seperti yang dapat dilihat pada kerabat dekat spesies ini.
Namun, pada spesies ini, kepalanya menjadi sangat pipih, sehingga hal ini
membantu spesies tersebut meluncur dari pohon ke pohon.
3.2 Burung Finch (satu
genus dengan burung pipit)
Di kepulauan Galapagos
yang dulu dipakai Charles Daarwin untuk mengembangkan teori evolusi adaptasi,
kini terbukti cocok dengan teori itu. Burung Finch yang berukuran sedang, yang
dulu diteliti Darwin ternyata perlahan-lahan memperkecil paruhnya untuk
mendapatkan aneka jenis biji-bijian. Perubahan ini mulai terjadi sekitar dua
puluh tahun setelah kedatangan burung pesaing mereka yang berukuran lebih
besar, dan memperebutkan sumber makanan yang sama.
2. Contoh
binatang yang mengalami perubahan evolusi karena seleksi alam :
1. Burung puyuh liar semakin punah
Hal ini disebabkan lingkungan hidup burung puyuh
di daerah bebatuan dan bidang tanah yang bergumpal-gumpal semakin langka.
Pada
lingkungan seperti itulah burung puyuh liar akan lebih sesuai, sehingga sulit
ditangkap pemangsanya. Karena lingkungan yang demikian sudah kian langka maka
jumlah burung puyuh pun menjadi langka juga.
2. Punahnya Dinosaurus kurang lebih 65 juta tahun
yang lalu secara bersamaan
Menurut pendapat para ahli, kepunahan Dinosaurus
disebabkan karena jatuhnya meteor raksasa ke bumi, yang menghamburkan awan debu
sehingga menghalangi masuknya sinar matahari.
Tanpa adanya
sinar matahari maka tumbuhan akan mati, demikian pula Dinosaurus pemakan
tumbuhan yang kemudian diikuti Dinosaurus pemakan daging.
Daftar Pustaka
Harmoni, Ati. 1992. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Gunadarma
Komentar
Posting Komentar